Buletin Dakwah Fikkratunnajiah

Sabtu, 28 Februari 2015

Edisi 2 No 1 Masa sih merayakan valentine itu boleh?

00.35 Posted by Unknown No comments
Agama Islam merupakan agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam bukan hanya opini atau sangkaan beberapa orang semata. Akan tetapi Rabb Alam Semesta lah yang telah merekomendasikannya dalam penggalan ayat 3 surat Al-Maidah. Allah ta'ala berfirman yg artinya: “pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan atasmu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu menjadi agama bagimu”.
Ketika Islam dikatakan sempurna, maka tidak ada kekurangan apapun di dalamnya. Artinya, seluruh aspek kehidupan telah diatur oleh Islam, tidak ada satupun yang terluput. Atas dasar kesempurnaan inilah Islam dijadikan sebagai stau-satunya agama yang diterima dan diridhai oleh Allah ta'ala. Sebagaimana telah dijelaskan pada ayat di atas.

termasuk dalam aspek kehidupan adalah momen yang akan kita jumpai pada bulan Februari ini, tepatnya pada tanggal 14. Apakah itu ? silahkan lihat judul tulisan ini. Ya benar, Valentine's Day atau istilah kerennya adalah Hari Valentine.
Apa sebenarnya Valentine's Day itu ?
Bagaimana Islam menggapinya ?
Bagaimana sikap seorang muslim seharusnya ?
Temukan jawabannya di sini !

[Apa Valentine's Day itu?]
Dari beberapa referensi yang telah dibaca, dapat disimpulkan bahwa Hari Valentine merupakan hari kasih sayang bangsa Romawi penganut Animis yang mulai dirayakan  sejak 17 abad silam sebagai ungkapan kasih sayang dewa. Perayaan ini berasal dari sebuah legenda seorang pendiri kota Roma bernama Romelius yang disusui oleh seekor serigala sampai ia tumbuh menjadi seorang yang berbadan kuat dan berakal cerdas. Maka bangsa Romawi mengabadikan event tersebut pada pertengahan bulan Pebruari dengan prosesi perayaan sebagai berikut:

“Seekor kambing dan domba disembelih, lalu dipilih dua orang perjaka yang berbadan tegap untuk dilumuri tubuhnya dengan darah kambing dan domba. Lalu mereka dimandikan dengan air susu. Kemudian diarak ke seluruh penjuru kota dalam keadaan menggenggam tombak yang terbuat dari kulit. Di sepanjang jalan, para wanita Romawi menyambut hangat lesatan cambuk ke tubuhnya, karena diyakini berkhasiat menyembuhkan penyakit dan mudah mendapatkan keturunan.

Tetapi apa kaitanya hal tersebut dengan Hari Valentine ?
Valentine berasal dari kata St. Valentino adalah nama penganut agama Kristen yang dibunuh oleh Claudius pada tahun 296 M dengan cara disiksa karena dia pindah keyakinan dari penganut Animis Romawi menjadi Kristiani. Setelah bangsa Romawi menjadi penganut agama Kristen, mereka tidak membuang tradisi Animis tersebut, akan tetapi menggantinya dengan memperingati hari kematian Valentine sebagai tokoh penyebar cinta dan damai. Dan prosesi peringatannya dimodifikasi menjadi:

“mereka membuat sebuah perkumpulan, kemudian menulis nama-nama wanita yang telah memasuki umur nikah pada selembar kertas, lalu digulung. Setelah itu dipanggil seorang pemuda untuk mengambil satu kertas dan membukanya. Nama wanita yang tertulis di kertas tersebut akan menjadi pasangannya selama satu tahun. Andai setelah satu tahun hidup bersama tanpa menikah mereka merasa serasi, maka mereka melanjutkannya dengan pernikahan. Tetapi jika sebaliknya, maka mereka berpisah di Hari Valentine mendatang.

Bahkan penguasa Romawi dan para tokoh agama katholik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa kristiani. Dintaranya dengan mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama paus dan pastor. Diantara pendukungnya adalah kaisar Konstantine dan paus Gregory 1 (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Dan agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada tahun 496M, Paus Gelasius 1 menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati St. Valentino yang kebetulan tutup usia pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).

Kesimpulannya:
1.  Valentine's Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno (Animis) yang penuh dengan kesyirikan dan paganisme.
2.  Valentine's Day adalah hari penghormatan kepada tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
3.  Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan Hari Valentine disamarkan dengan dihiasi nama Hari Kasih Sayang.

[Bagaimana Islam menanggapinya?]
Sebagaiman yang telah dijelaskan di awal, bahwa Islam adalah agama yang sempurna. Maka dalam hal ini tentunya Islam mempunyai tanggapan:

1. Kita ketahui bersama bahwa merayakan Hari Valentine dengan bentuk apapun itu merupakan ciri khas dari penganut Animis Romawi. Maka dalam hal 'menyerupai ciri khas suatu kaum', Nabi pun ikut berkomentar dalam sabda beliau Shallahu 'alaihi wassalam yang artinya: “Barang siapa yang menyerupai (ciri khas) suatu kaum(agama), maka dia termasuk kaum(agama) tersebut.”
Tentunya kita sebagai seorang muslim tidak ingin divonis sebagai bagian dari agama selain Islam, dalam hal ini Animis Romawi. Karena ada ancaman dari Allah ta'ala dalam firman-Nya yang artinya: “Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di Akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”{Ali 'Imran:85}

2. Di negara kita Indonesia, perayaan Hari Valentine ini biasanya dirayakan dengan kegiatan memberi hadiah kepada pasangan(baik legal maupu ilegal), pesta pora dan huru-hara yang tanpa manfaat sama sekali dari segi Islam. Sedangkan Nabi telah mewanti-wanti dalam Sabdanya yang artinya: “diantara (tanda) baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.”

3. Ikut merayakan Hari Valentine berarti ikut mensyi'arkan selain syi'ar Islam. Dan tentunya akan mengingatnya terus-menerus setiap tahunnya. Sedangkan salah satu tanda cinta seorang terhadap seuatu adalah selalu mengingat apa yang dicintainya. Sebagai seorang muslim akankah mencintai syi'ar selain Islam ?
Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam bersabda: “seseorang akan dikumpulkan (di akhirat) bersama orang-orang yang dicintainya.”

[Sikap seorang muslim]
Sikap seorang muslim terhadap suatu hal akan diketahui setelah menelitinya dari segi baik dan buruk, keuntungan dan kerugian, serta manfaat dan mudhorotnya.
Diantara keburukan, kerugian, dan mudhorot ikut serta merayakan Hari Valentine adalah:

1. Rugi waktu
Rugi karena waktu yang harusnya dimanfaatkan untuk amal shalih, menuntut ilmu, dan berkhidmat untuk Islam akan tetapi dialokasikan untuk hal tanpa manfaat bahkan maksiat. Orang-orang kafir dalam mengerjakan hal buruk saja tidak mau 'kecolongan' waktu. Apalagi seorang muslim yang mengerjakan kebaikan, harus lebih bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

2. Rugi harta
Tidak sedikit pemuda yang telah menghamburkan uangnya untuk perayaan Hari Valentine. Tidak mustahil disana banyak yang meminta uang dari orang tua, bahkan mungkin ada yang sampai membentak orang tuanya hanya demi merayakan Hari Valentine. Sungguh mengenaskan.

3. Rugi tenaga
Biasanya ada yang diminta pasangannya untuk jalan-jalan. Tak hanya satu dua jam saja, seharian penuh pun ada. Bahkan mungkin sampai meninggalkan shalat yang jelas lebih wajib dari itu. Tenaga yang seharusnya dialirkan untuk ketaatan kepada Allah, akan tetapi ditujukan untuk hal tanpa manfaat.

4. Dan masih banyak kerugian dari sudut pandang Islam yang tidak bisa disebutkan semuanya satu per satu.

Kemudian diantara kebaikan, keuntungan, dan manfaat nya adalah:
1.  Keuntungan untuk para Syaithon karena mereka berhasil menjerumuskan orang-orang yang ikut merayakan ke dalam Neraka.

2.  Keuntungan untuk orang-orang kafir. Tanpa susah payah menyebarkan syi'arnya, mereka sudah mendapatkan bantuan dari orang-orang yang merayakannya. Dan sangat disayangkan, karena kaum muslimin pun ada yang ikut andil.

3.  Dan masih banyak lagi yang tentunya bukan keuntungan untuk Islam dan muslimin.

Dari hal-hal yang telah dijelaskan, maka kita sebagai seorang muslim yang telah diberi akal dan mengetahui petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya, hendaknya tidak ikut serta merayakan perayaan Hari Valentine dalam bentuk apapun. Juga tidak mengajak orang lain untuk ikut merayakannya. Karena yang demikian termasuk bentuk ta'aawun dalam keburukan dan dosa. Wallahu a’lam


Sabtu, 07 Februari 2015

Edisi 1 No 1 Tips Memperbaiki Niat

01.24 Posted by Unknown No comments
 
  Hati merupakan awal yang mendasari segala perbuatan makhluk. Tidak dapat dipungkiri lagi, hati lah yang membuat perkara itu mungkin saja terjadi atau tidak terjadi. Hati yang didalamnya terdapat sebuah niat, yang dapat menjadikan perkara itu berguna atau tidak, berpahala atau tidak. Berbicara tentang niat, cukuplah sebuah perkataan yang menakjubkan dan indah dari junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :


عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 

Dari Umar Radhiyallahu‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Imam Bukhari menyebutkan hadits ini di awal kitab shahihnya sebagai mukadimah. Hadits diatas secara gamblang menjelaskan kedudukan niat sebagai patokan amal seorang hamba. Jika dunia yang ia cari maka ia akan mendapatkan ganjaran sesuai yang diniatkannya dan apabila wajah Allah Ta’ala dan keridhaanNya yang dicari maka di situlah letak kemuliaannya. Berbicara tentang keutamaan hadits ini, banyak sudah perkataan sahabat dan ulama yang menyebutkan keutamaan dan kedudukannya, diantaranya perkataan salah seorang sahabat Abu Abdillah Rahimahullah, “Tidak ada hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lebih banyak, kaya dan dalam faedahnya daripada hadits ini”. Abdurrahman bin Mahdiy berkata, “Kalau seandainya saya menyusun kitab yang terdiri dari beberapa bab, tentu saya jadikan hadits Umar bin Al Khatthab yang menjelaskan bahwa amal tergantung niat ada dalam setiap bab”.
Memperbaiki niat memang bukan merupakan hal yang mudah. Karena saking susahnya, sampai-sampai ada seorang ulama yang berkata, “memperbaiki niat adalah hal yang paling susah yang aku lakukan daripada ilmu yang lain”. Sekarang pembahasan kita terlepas dari bentuk dan tata cara niat itu sendiri. Baik itu dilafalkan lisan atau tidak, atau apakah ada lafadz khusus atau tidak. Akan tetapi yang harus kita titik beratkan adalah bagaimana cara untuk memperbaiki dan meluruskan niat itu sendiri. Biarlah masalah itu kita pelajari setelah niat kita selamat. Karena merupakan kecelakaan dan kesalahan yang fatal apabila kita salah dalam berniat. Pekerjaan dan amalan yang di lakukan beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali menjadi sia-sia tanpa balasan (read: pahala) yang berarti.
Banyak orang yang bertanya-tanya bahkan tidak tahu bagaimana cara untuk meluruskan niat dan bagaimana cara membersihkan niat dari segala macam kotoran. Berikut beberapa cara untuk memeperbaiki niat kita :

Mempelajari Ilmu Syariah
Karena dengannya kita mengetahui dan mengenal Allah Ta’ala baik itu perintah, larangan, serta mengetahui utusan-Nya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, risalah yang dibawa beliau, membedakan amal yang halal dan haram, yang dicontohkan atau yang dilarang untuk dilakukan. Sehingga akan menumbuhkan rasa takut dan tunduk yang akan menjadi ketatan kepada Allah Ta’ala dalam diri kita dan menjadikan kita lebih dekat dengan-Nya. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para ulama’.” [Faathir : 28]

Pebanyak Membaca Al-Quran dan Mentadaburinya
Salah satu nama lain dari Al-Quran adalah Assyifa, yang berarti obat. Al-quran merupakan obat yang mujarab untuk berbagai macam jenis penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani. Lebih-lebih mengobati penyakit hati dan menjadi obat yang mencegah jiwa dari berbagai macam niat dan perbuatan jahat.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (Al-Isra`: 82)  

Mengetahui Macam-Macam Penyakit Hati
Mencari tahu macam-macam penyakit hati dan berusaha untuk menjauhinya. Serta mengetahui macam-macamnya (seperti hati yang sakit, hati yang mati, dan hati yang selamat), dan berusaha untuk mengobatinya jika sudah merasa terjangkit atau merasa ada gejala dari penyakit hati. Karena jika hati bersih, maka akan bersih pula niat yang dihasilkan.

Memperbanyak Istighfar
Dengan memperbanyak istigfar Allah Ta’ala akan memberikan kehidupan yang lebih baik, menumbuhkan rasa aman, damai dan ketenangan jiwa Allah Ta’ala berfirman: “Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu serta bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat).” (Hud : 3)

Menjauhi Tempat-Tempat Maksiat
Seperti layaknya hijrah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, perintah nabi yang memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah dari Makkah ke Habasyi (Ethiopia sekarang), menunjukkan betapa pentingnya untuk berpindah dari tempat yang penuh kemaksiatan dan berlumuran dosa menuju tempat yang aman, tenang dan cocok untuk beribadah. Karena bagaimana pun lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk karakter kepribadian seseorang. Jika ia tumbuh di lingkungan yang penuh maksiat, maka bisa dipastikan ia tumbuh menjadi pribadi yang jauh dari ketaatan, hati yang kotor, dan niat yang selalu berjurus kepada kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka di titikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup hatinya, dan itulah yang diistilahkan “Ar raan” yang Allah sebutkan: kallâ bal râna ‘alâ qulûbihim mâ kânû yaksibûn [sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka] (QS al-Muthaffîfîn, 83: 14)

Memperbanyak Mengingat Kematian
Kematian yang bagi sebagian orang memilih untuk menghindarinya, merupakan obat yang paling mujarab untuk membersihkan niat. Dengan mengingat kematian, seseorang akan selalu mengingat Tuhannya. Dengan mengingat kematian, seseorang akan berusaha berbenah diri, berbekal dengan amal amal soleh, mendekat dengan surga dan menjauhkan diri dengan neraka.
Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat mati karena mengingat mati dapat menghalangi dosa dan mendatangkan zuhud terhadap dunia.”

Berteman Dengan Orang Sholeh Dan Mengikuti Amalannya
Seperti yang telah disabdakan oleh baginda Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam: ”Agama seseorang dilihat dengan siapa ia berteman”. Begitu juga dengan perumpamaan teman yang di contohkan oleh nabi, yaitu teman yang baik seperti seorang penjual minyak wangi, jika tidak mendapat minyaknya maka minimal mendapat wanginya. Sedangkan perumpamaan teman yang buruk bagaikan seorang pandai besi, jika tak dapat baunya, maka pasti akan dapat percikan apinya.

Menjaga Pandangan Dari Yang Bukan Halal Untuk Dilihatnya
Maksiat berasal dari mata, lalu turun ke hati, kemudian kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakannya. Begitu dahsyatnya kekuatan mata, dari matalah sumber segala kemaksiatan. Jika seseorang tak pandai menjaga mata dan kemaluannya, itulah sejelek-jelek dan serugi-ruginya manusia. Jika mata sudah terbiasa melihat yang kotor, maka pikiran akan kotor, jika pikiran sudah kotor, maka tentulah hati sangatlah kotor.

Demikianlah beberapa hal yang dapat membersihkan dan meluruskan niat kita, begitu remeh jika kita melihatnya, namun betapa sulit dan lemah jiwa ini untuk mengontrolnya. Mudah-mudahan kita merupakan orang-orang yang diberkahi oleh Allah Ta’ala, yang dikaruniai hati yang bersih, jiwa yang murni dan niat yang suci. Tidaklah tulisan ini dibuat kecuali Insya allah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan mengharap keridhaanNya. Wallahu a’lam bisshawab.

 Penulis : Rahadhon Arribath (Mahasiswa Al-Azhar Cairo)